Ada Kenangan Dibalik Semua itu
(Vick Cipoetra Mathan)
“Pengalaman terindah dalam perjalananku”
“kang besok brangkat jam enam pagi kumpul dulu di kampus” tanya temanku lewat bbm.
“ok kang, tapi kan jalurnya lewat serang kang, bagaimna kalau
misalnya aku tunggu dialun-alun pandeglang” jawabku seolah-olah tak mau berangkat kekampus,
Ku tak tau malam ini ada apadengan ragaku ini, sehingga tak mau
tidur, hanya ada dalam pikiranku, “bagaimana nanti aku berangkat tepat
waktu, sedangkan mataku masih terbuka lebar di sunyinya malam ini”
Malam pun semakin larut, sehingga ku masih memikirkan besok pagi.
Pagi pun tiba, ku melihat ke luar, langit pun masih gelap, lalu ku
membuka handphone, enam panggilan tak terjawab, dan beberapa sms dari
teman-temanku, mereka bilang sudah kumpul dari jam lima pagitadi.
Ku bergegas mengambil air wudhu, untuk shlat subuh. Masih
terdengar suara handphone di telingaku, ketika ku buka handphoneku, ku dapat sms
dari temanku,
“kang saya berangkat jam setengah enam dari rumah” Tanya temanku pada ku.
“ok, kitaketemu di alun-alun pandeglang ya?” jawab ku sambil tiduran
Setelah ku dapat sms dari temanku, ku bergegas melangkahkan kaki
untuk menuju kamar mandi, setelah ku selesai mandi. Kumenoleh ke luar nampaknya
di luar sanah terdengar suara rintisan hujan (gerimis). Dan ku bertanya pada
diriku sendiri “mana mungkin bisa saya berangkat sekarang dalam keadaan
hujan kayagini, sedangkan mereka sudah menunggu di sanah”?
Waktu pun mulai berjalan, dan haripun semakin siang. Akhirnya ku
berangkat dalam keadaan hujan yang begitu deras, ketika berjalan di atas motor,
dan ku paksakan diriku untuk tetap bertahan di atas motor yang ku naiki dan
fokus pada jalan yang sedang ku lewati.
“trung-trung” terdengar
suara BBM dari kantong celanaku, namun ku abaikan. Beberapa menit kemudian
sampailah ku di perapatan kadubanen pandeglang. Setelah beberapa detik
kumenunggu lampu hijau menyala, hujan pun semakin deras, sehingga membasahi
sekujur tubuhku.
Tiba-tiba dibelakangku terdengar tlakson entah itu mobil ataupun
motor, “tid, tid,tiiid” ku kira itu tlakson tandanya
mulai berangkat, setelah ku menengok kearah kiri lampu hijau pun belum menyala,
dan melihat ke atas, waktu pun masih panjang, dan dibelakangku terdengar yang
memanggil namaku, ”Vik, vik” perlahan-lahan ku menoleh ke
belakang, tak ku sangka yang tadi memanggil-manggil namaku itu ternyata temanku
waktu SMK, lampu kuning pun mulai menyala, menandakan bersiap-siaplah untuk
melanjutkan perjalanan. Kami pun tak sempat ngobrol lama di jalan, hanya
beberapa kata yang dia pertanyakan pada ku.
“Vik maukemana kamu, pagi-pagi seperti ini sudah
berangkat.?” Tanya temanku.
“Saya mau keJakarta bray ada tugas dari kampus” seruku sambil berjalan dan fokus pada satu arah.
Kendaraan yang ku naiki mulai melaju kencang dan hujan pun semakin
deras, sehingga ku meninggalkan temanku, entah kemanakah temanku arahnya.
Tibalah ku di depan Gedung Samsat Pandeglang, sejenak kuberpikir, “aku
titipkan dimana motorku ya.?” Tanyaku sndiri.
Tak ada pilihan lain selain ku titipkan motor ku di Gedung Samsat
Pandeglang, ketika ku masuk kedalam kantor untuk meminta ijin menitipkan
motorku di Gedung itu, ku sapa beberapa kariawan yang ada di dalam kantor,
setelah ku sapa, dan meminta ijin untuk menitipkan motor, beberapa detik
kemudian aku pun keluar setelah dapat ijin. Setelah ku keluar kumendengar
panggilan dari arah samping kiri ku, terdengar panggilan kata “Nyok.!” Itu
kan nama panggilan ku (nama samaran) ketika sama teman-teman. Kata Nyok itu di
ambil dari kata Onyok atau nama samaranku. Ku bergegas menoleh ke arah suara
yang terdengar di sampingku, setelah dia mendekatiku, aku tak sadar bahwa dia
adalah temanku, ku tatap wajahnya, aku belum mengenalinya semakin dekat ku
tatap, semakin cepat ku mengenalinya, dan ternyata dia adalah teman
sekampungku.
“Wissh ternyata kamu Ren, ku kira kamu siapa” seruku tanya pada dirinya.
“hahaha” sadis sekali aku di
tertawakan olehnya.
“Nyok kamu mau kemana pagi-pagi seperti ini” Tanya temanku sambil memberikan sebungkus roti pada ku.
“Saya mau keJakarta ren, ada tugas dari kampus (study lapangan) ke
perpus Hb. jassin”
“Kuliah dimana emang kamu nyok.? Jauh amat ke Jakarta
kuliahnya.” Tanya temanku
“saya bukan di Jakarta kuliahnya, tapi di UNMA Pandeglang Menes,
saya ke Jakarta karna saya ada tugas dari dosen saya, untuk mengapresiasi
sebuah prosa atau karangan-karangan sastrawan” jawabku dengan panjang, sehingga temanku terdiam lesu
mendengarkannya, dengan mimik muka yang kebingungan.
“trung trung trung” terdengar
beberapa BBm yang masuk.Kubergegas membukanya, dan ketika ku baca banyak yang
bertanya padaku.
“kang dimana, kang dimana, kang dimana.” Seruteman-temanku menanyakan posisiku sedang berada dimana. Dan ku
balas dengan singkat dengan jiwa yang kesal, karna sudah lama ku menunggu di
depan Gedung Kartini, hampir satu jam ku menunggu. dari jam enam pagi sampai
jam tujuh pagiku menunggu di Gedung Kartini. Pekerjaan yang paling tidak ku
senangi adalah MENUNGGU.
“saya didepan Gedung kartini” jawabku dengan keras, dengan kondisi yang begitu kesal.
“ok tunggu didepan, kami menuju ke sanah, ini baru
berangkat” jawabtemanku,
Ku pikir mereka sudah sampai pandeglang, ternyata mereka baru mau
berangkat. Dari pada ku menunggu dan berdiri disini tak karuan, lebih
baik ku sarapan dulu sambil menunggu mereka datang.
Beberapa menit kemudian haripun semakin siang,jalan pun semakin
ramai, bahkan anak sekolahpun sudah tak ada yang berkeliaranlagi di jalan.
Ku berjalan perlahan lahan dan memandang kearah Alun-alun pandeglang,
ku melihat indahnya kota ini, didepan pandanganku banyak pepohonan yang
menghiasi tempat ini, dan berayun-ayun terhembus angin yang sejuk pagi ini.
Subhanallah betapa indahnya kota ini, sehingga ku tak maumeninggalkannya.
“trung trung” sedang asiknyaku
membayangkan kota ini akan menjadi indah, terdengar suara handphone dikantong
celanaku. Mengganggu saja ini suara handphone, baru juga ku mau membayangkan
keindahan kota ini, malah kau membisikanku, dan mengalihkan pandanganku pada
sebuah handphone, baru juga ku mau membuka bbm dari temanku, tiba-tiba temanku
menelponku.
“Baik Baik Sayang (Wali Band Punya)” ku bergegas menjawab panggilan dari temanku,
“haloo.Asslmkm, kang tunggu didepan gedung kartini, kami sudah
sampai alun-alun”
Lalu ku jawab dengan singkat, “Ok kang”.
Setibanya Bis yang akan ku naiki, ku menengok kebelakang untuk
menunggu temanku Rendi keluar dari gedung kartini. aku hanya akan pamitan
kepadanya bahwa aku berangkat sekarang, tapi tak muncul juga temanku di
hadapanku, ketika ku masuk kedalam bis yang ku naiki, ku terdiam lesu melihat
kebelakang tubuh mobil bis itu, dipikiranku ada sedikit yang berbeda dan aneh
saat ku melihat teman-temanku. Ku berjalan ke belakang sambil melirik sanah
melirik situ, banyak perubahan yang kulihat. Setelah dapatnya tempat duduk, ku
menanyakan pada teman ku.
“kang yang duduk di depan itu kelas A ya cewenya.?” Tanyaku pada temanku Fazar.
“iya kang, itu kelas A.! kenapa kang, ada yang berbeda ya.?” Jawab temanku sambil bertanya pula padaku
“iya kang, berbeda banget, dengan kelas kita, kelas A cewenya pada
subur semua ya.Hahahaha.” Tawaku
yang begitu keras sehingga yang duduk di depan pun menoleh kebelakang.
Beberapa menit kemudian, sampailah di per empatan pasir gadung
antara jalur pandeglang, rangkas, serang. Menjemput teman kami dari kelas C.
Kamipun mulai berangkat melintasi jalur serang banten. Tibanya
kami di pasar baros serang, ada sedikit yang mengganggu perjalanan kami, atau
kami terjebak Macet di tengah-tengah pasar baros. Hujanpun masih mengguyur
perjalanan kami, dan ada salah satu teman ku yang membawa sebuah alat musik
(gitar), yang menyanyikan sebuah alunan music yang begitu indah saat-saat hujan
seperti ini.
Banyak bermacam macam lagu yang kami nyanyikan dalam bis, yang ku
ingat waktu itu lagu yang mengiringi hujan hanyalah lagunya Binyamin“Kolam
Susu” tetapi dibalik kesenangan kami, ada salah satu teman ku yang
tiduuuuuur mulu dari pandeglanga ku naik sampai berhentinya bis di kota serang
Pasar Rau temanku “Hendri” masih tidur, ketika ku bangunkan dia,dan
membuka jaketnya, ternyata dia tak kuat menahan dinginnya udara dalam mobil bis
ini (AC).
“kang bangun udah sampai tujuan kita” ku bangunkan dan sambil menarik jaket yang mengerumuni tubuhnya.
“ikh kang,jangan di tarik dingin gw ngga kuat AC”
Ku tertawa sambil memeluk tubuhnya, ternyata ngga aku aja yang tak
kuat dengan AC, masih banyak yang lain juga yang tak kuat pada dinginnya AC.
Kamipun berhenti di daerah Pasar Rau, supir dan kendek pun
memeriksa Ban mobil dan menggantinya. Kupikir ada apa di depan sanahsehingga
berhenti di sini. Sedangkan perjalanan kami masih jauh. Beberapa menit
kami beristrahat di pasar rau, danfoto-foto bersama keluarga FKIP Diksatrasiada
UNMA banten.
Haripun menjelang siang, rintisan hujan pun masih mengiringi
perjalanaku. dan akhirnya kami melanjutkan perjalanan, beberapajalan tol yang
kami lalui, tibalah kami di jalur tol Jakarta Selatan, menujuJakarta Pusat.
Mobil bis yang ku naiki ramai dengan serakan gembira saat melihat
Monas
tak lama kemudian sampailah pada tujuan kami yaitu perpus Hb.
Jassin, setibanya kami di sanah, kami beristrhat sebentar sambil makan siang
dihalaman belakang perpus Hb. Jassin Jakarta pusat.
Pak Komar sebagai dosen mata kuliah Apresiasi Prosa, sekaligus
pembimbing kami pada saat Observasi (sudy lapangan), mengajak untuk mulai
menjalankan tugas yang sudah diberikan kepada masing masing kelompok. Pada saat
masuk keruangan perpus Hb. Jassin kumerasa tubuhku akan terasa kedinginan
ketika berada diruangan AC.
Setelah ku menonton (melihat) kronologi Hb.Jassin, aku termotivasi
ingin sepertinya, membuat karangan-karangannya sendiri. tapi sulit bagiku, itu
harus membutuhkan waktu yang lama, dan hanya untuk orang-orang yang serius.
Tugas pun mulai kami kerjakan, namun ku tak mengerti
mengerjakannya, tetap ku kerjakan yang ku ketahui.
“ kang, kamutau maksud tugas ini apa” Tanya teman ku
“hanya sedikit yang saya tau kang, isi aja dulu jika kita
mampu” jawabku sambil menggaruk-garuk
kepala, berpura-pura mengerti tugas ini apa.
“Teeeng” terdengar
alarm dari handphoneku menandakan pukul 16:00 WIB
Tugas pun belum ku kerjakan, hari semakin sore dan tugas belum
juga selesai.
“kang bagaimana tugasmu sudah selesai.?” Tanya temanku
“belum kang,kayanya ngga akan selesai untuk hari ini kang, banyak
yang harus di Analisis” jawabku
dan teman sekelompok ku,
“kang bagaimana kalau kita mengerjakannya dirumah.? ” Tanya teman sekelompok ku.
“ya sudah kita Tanya dulu yuk ke dosen, bisa atau ngga dikerjakan
di rumah.” Jawabku sambil memeluk tubuhku yang
kian kedinginan di dalam ruangan AC, sambil kuberkata “Keluar Yuk, ngga
kuat aku disini”
Ku tatap muka bumi, yang semakin gelap dan menutupi dunia, namun
hanya Engkaulah yang bisa meneranginya.
Waktu terus berputar dan hari semakin sore, kutak tau kapan ku
kembali pulang kerumah, hanya ada dalam benakku yang kupikirkan, “bagaimana
dengan kendaraan ku,mungkin dia sendirian disanah, jika aku pulang terlalu
larut malam”
Akhirnya Pak Komar sebagai Dosen pembimbing, memutuskan untuk
kembali pulang, akan tetapi kenapa teman-temanku tak mau pulang sore ini,
melainkan mereka memilih pulang malam, dan ingin melihat pentas seni,
“hmmmm” gerungan dalam hati ku
yang tak setuju untuk pulang malam,
Memang aku juga ingin melihat pementasan seni,tapi waktu
pementasannya juga masih lama, dimulai jam 8.00 malam. Sedangkan perjalanan
masih jauh yang harus ku lalui, dan aku pun melihat keadaan teman
sekelasku “ikbal” , ku lihat dia seperti kurang sehat, ketika
kubertanya..
“kang ada apa dengan kamu, kelihatannya kamu kurang sehat
ya” Tanya pada temanku, sambil ku usap
kepala dan tangannya kurasakan panas dikepala dan tangannya yang begitu dingin
“Saya takapa-apa kang, saya baik-baik aja” jawabnya sambil tertunduk lesu dihadapanku.
Akhirnya Dosen serta taman-temanku memutuskan untuk pulang sore
ini jam 16.30 karena melihat keadaan teman sekelasku "Ikbal".Setelah
semuanya masuk kedalam Bis, absen mulai berjalan, ketika teman sekelasku di
Absen, dia tak menyaut, kulihat dia sedang berkerumun dan menutupi semua
sekujur tubuhnya. Mungkin dia tak kuat dengan udara AC, ku tutup semua udara AC
dibarisanku, ketika ku buka switer, almamater, kulihat dia sangat kedinginan
dan tak kuat menahannya.
Ku mulai khawatir dengan keadaannya, ku meminta Koin dan minyak
angin pada yang lain untuk mencoba merendahkan panas dingin yang dirasakan oleh
teman sekelasku. Baru saja disentuh punggungnya oleh koin sudah kelihatan
merah, dan selesai ku kerok dan pijit tubuhnya, dia merasakan sedikit ada
perubahan ketika sudah di kerok dan meminum obat.
Mobil bis berhenti di depan pintu masuk Masjid Agung Istiqlal,
untuk beristirahat, dan shalat magrib di Masjid Agung Istiqlal, sebelum
waktunya magrib, kami berniat untuk main ke Monas, karna kami lihat jarak Monas
dekat dengan Masjid Agung Istiqlal (dibelakang Masjid Agung) ketika kami
berangkat ke Monas, karna permintaan bunda Dian, kami pun berjalan keMonas,
karena di tempat tak ada teman-teman yang lainnya, ku pikir yang lain juga sudah
ada di Monas, ternyata yang lain berada di dalam Masjid.
“kang keMonas yu, yang lain juga pada di Monas” Tanya temanku, sambil menuruti kemauan Bunda Dian, dan teman-teman
yang lain juga setuju ingin ke Monas.
“hayu, tapi yang lain pada kemana kang, ko hanya kita
bertujuh” jawabku sambil melirik sanah, melirik
situ mencari teman-teman yang lainnya.
“yang lain sudah pada di sanah, Katanya sih.?” Jawabnya, sambil kebingungan,.
Akhirnya kami pun berangkat ke Monas tanpa naik kendaraan,
melaikan berjalan kaki. Setibanya aku di belakang Masjid Agung Istiqlal, Tugu
Monas pun aku melihatnya, dan kami bergegas berjalan lanjut, meskipun ada
beberapa orang yang kelelahan berjalan kaki, kami kira jarak Monas dengan Masjid
Agung Istiqlal sangat dekat, ternyata Lebih dari tiga kilo hmmm cape deh.
Tapi kami tetap semangat berjalan menuju pada tujuan kami, banyak
canda saat berjalanpun yang membuat kami semangat berjalan kaki, ketika kami
mau menyebrangi jalan arah ke Monas, banyak kendaraan yang sulit kami lewati,
saat kami menyebrang arah kanan banyak mobil, melihat kekiri banyak motor,
bagaimana kami bisa menyebrang selebar jalan ini ketika mobil tak
berhenti-henti, didepan kami melihat ada penyebrangan jalan, lamanya kami
menunggu lampu merah menyala, tetapi tak menyala saja,.
“kang ko lampu merahnya tak menyala aja? ”Tanya temaku, sambil menunggun berhentinya mobil
“ngga tau nih kang, kayanya mati kali ini lampunya ” jawabku sambil kesal menunggu mobil tak henti-hentinya.
Lama kami menunggu, tiba lah bapak-bapak arah sebrang kami, yang
kemudian kami perhatikan bapak-bapak itu menekan tombol yang ada pada tiang
itu, aku menoleh kearah kanan ku dan aku juga melihat banyak tombol di tiang
itu, dan banyak pilihan juga. Khususnya untuk mengentikan kendaraan yang sedang
berjalan di jalan penyebrangan.
Lampu merahpun akhirnya menyala, kamipun bergegas menyebrangi
jalan.
“hahahaha” tertawa
bareng semuanya, sambil berkata.
“sampe kasubuh oge moal eren-eren eta mobil, lamun te di pencet
eta tombol nu aya tina tiang”
Disitu kami tertawa gembira, maklum kami anak kampung yang tak tau
bagaimana menyebrang jalan di kota, yang kami tau dikampung itu menyebrang
jalan itu biasa kami berhentikan, tetapi di kota ternyata berbeda. Hahahah aku
pun tertawa menggigil sambil keluar air mata, saking ngga kuatnya menahan tawa
kami.
Tibalah di depan pintu Masuk Monas, duduk manislah kami disana,
dan mengingat kembali masa-masa yang tadi kami lewati. Hahahaha,
Beruntunglah kami ke Monas, kami melihat helicopter berdarat di
Taman Monas, sehingga petugas menyingkirkan kami semua yang ada di Taman, agar
kami tak dekat-dekat, karna udara helicopter sangatlah besar, sehingga tong
sampahpun terbang melayang ke jauh terkena udara helicopter.
Selamanya kami bermain di sanah, hari semakin sore dan beberapa
menit lagi Magrib, kami pun kembali ke tempat kami berhenti (Masjid Agung
Istiqlal)
Mana mungkin kami berjalan kaki lagi, sedangkan waktu sudah
magrib,
“apa mungkin kita naik delman aja ya” renungan bersama.
Ketika bertanya harga jarak dari Monas ke Masjid Agung naik delman
harganya Rp. 15.000/orang.
Kami renungkan kembali bagaimana dengan keputusan ini, “apakah
mencari kendaraan yang lain apakah ini aja kita ambil.”
Sepakat teman-teman mencari kendaraan yang lebih murah lagi, dan
kami mencari lagi, akhirnya sebanyak kendaraan yang kami Tanya harga jarak
Monas ke Masjid Agung, akhirnya kami dapat sedikit lebih ringan harganya dari
10.000 sampai turun menjadi 7.000/orang. kendaraan yang kami naiki itu
adalah Mobil Bemo seperti Bajaj.
Sampailah kami di Masjid Agung, dan langsung menuju kedalam Masjid
untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah.
Selesainya shalat magrib, perut ku melilit kesakitan, mungkin MAG
ku kambuh lagi, aku langsung minum obat, setelah minumobat ku mencari makanan,
karna dari sore belum makan.
Belum juga selesai makan, terdengar bunyi dari handphoneku “Truung”
Ketika ku baca SMS dari teman sekelasku
"Sawiyah",mengajak ku untuk cepat-cepat ke mobil.
“kang cepetan kemobil Ikbal Pinsan” sms temanku, sambil kelihatannya penuh kekhawatiran.
Makanpun tak ku habisi, ku langsung berlari kearah mobil, melihat
kondisi Ikbal, tak sadar. Kamipun langsung berangkat menuju pulang.
Dijalan kami masih menggulung Ikbal teman sekelasku yang tak sadar
juga, aku terus memijitinya sambil mengerok perutnya,agar cepat sadar, selama
kami memijitinya, sadarlah temanku ini, dan kami suruh untuk makan roti, agar
kuat kembali.
Jakarta selatan kami lewati menuju tol cikupa tangerang, tiba-tiba
terdengar ledakan pada kendaraan bis yang kami naiki, dan menggoncangkan awak
bis ke pinggir jalan tol, teriakan dalam bis yang semakin menggelegar,
sehingga teman ku yang sedang pinsan "ikbal" smpai dia terbangun
mendengar ledakan itu. Dan kami diarahkan oleh Dosen untuk berdoa,. Kami pun
turun ada apa sebenarnya, dan ketika kami ketahui, bahwa Ban bis lah yang
meledak, setelah selesai diperbaiki kamipun melanjutkan perjalanan.
Setibanya kami di jalur Tol Cikupa Tangerang selatan kami
mengalami kejadian persis ledakan ke dua pada posisi yang sama ledakan yang
berasal dari bawah kanan kami duduki. Supir mengarahkan kepada kami untuk tetap
berdo’a agar selamat di perjalanan, dan kami pun diarahkan agar tempat duduk
bagian kanan di kosongkan, semua penumpang berduduk diarah kiri, kamipun segera
pindah posisi duduk kami. Meskipun ban bis sudah meledak tetap kami lanjutkan
perjalanan meskipun bis bergoyang-goyang, sehingga dudukpun tak nyaman.
“Malam semakin larut dan mata semakin ngantuk, tidurlah wahai
diriku.”
Selamat datang di Kota Serang.
Selama diperjalanan aku merasakan kesenangan dan kesedihan yang
merenggut jiwaku.
Tibalah di perempatan lampu merah palima, menuju pandeglang, dan
ku bangunkan temanku "Ikbal" untuk bersiap-siaplah pulang kerumah,
dan itirahat yang cukup.
Setiba di cadasari serang, Bis berhenti dan istirahat sebentar,
dan banyak dari teman-teman yang turun dicadasari yang dijemput oleh keluarganya
ataupun sama teman-temannya. Perjalananku masih panjang,dan cukup jauh.
Selamat datang di kota pandeglang,
Hatiku gembira ria saat berada di kota pandeglang, dan ingin cepat
pulang kerumah.
Terdengar ocehan teman-teman pada saat diAlun-alun Pandeglang
“pandeglang pandeglang pandeglang, siapa yang turun di alun-alun
pandeglang segera kepintu depan”
Ku bergegas melangkahkan kaki kepintu depan mobil bis, ketika ku
berjalan ada sesuatu yang belum sempat ku sampaikan pada seseorang yang selama
diperjalanan membuat hatiku senang, meskipun banyak rintangan yang begitu
menggelegar dari jiwaku..
Terimakasih teman – teman semuanya selamat berjumpa kembali di
Kampus kita tercinta UNMA Banten.
Akhirnya ku sampai juga di pandeglang, kuberjalan menuju gedung
Samsat untuk mengambil kendaraan yang ku titipkan. Ketika ku masuk kantor tak
melihat satu orang pun penjaga kantor ini, ketika ku masuk kelantai ke dua,
akhirnya ada salah satu petugas kebersihan yang sedang membersihkan kantor, dan
ku bilang padanya.
“pak saya mau ngambil motor, yang tadi pagi saya titipkan. Tanyaku
“ooh ya sudah silahkan ambil kebawah”. Jawabnya
Tak banyak bicara lagi ku langsung ambil kendaraan ku, dan
berangkat pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar